salah satu sudut kota Bukittinggi |
Tahun ini aku mudik kesini, udah
makin banyak aja perkembanganya, beberapa memang masih ada yang minus, tetap
jika dibandingkan dengan tahun lalu maka sekarang udah sangat bagus. Pemerintah
sini tampaknya mulai serius dengan pengembangan daerah sini.
Yang paling jelas ada perubahan
yaitu di jalan terminal Aur Kuning, yang mana sekarang udah dibangun fly over, jadi sekarang kendaraan yang
nggak ada kepentingan dengan terminal bisa langsung lewat fly over untuk menuju
jalan by pass, keuntungannya kendaran disini sudah berkurang resiko terjebak
macetnya. Sayangnya, sedikitnya waktu berlibur yang didapat musim liburan
lebaran kali ini membuatku tidak bisa menyaksikan bagaimana jalanan ini ketika
pasar sedang dibuka alias kata orang minangnya ari pasa, biasanya setiap sabtu.
Karena dulunya ketika hari pasar maka lewat jalur aur kuning ini benar-benar
melelahkan. Tumpahan pedagang dan pembeli yang sampai ke pinggir jalan membuat
jalanan jadi susah dilalui kendaraan umum.
Bicara fly over, salah satu kebiasaan orang awak ini suka membuka daerah
jualan di area trotoar jembatan, kayak yang terjadi di jembatan Siti Nurbaya
dan jembatan kelok Sembilan dimana tiba-tiba daerah sana udah jadi objek wisata
tempat nongkrong orang-orang. Mudah-mudahan kejadian ini tidak terjadi di
jembatan fly over Bukittinggi ini,
karena kalau terjadi, pastinya bakal membuat macet juga, percuma dong buang
uang banyak-banyak buat menghindari macet malah macet itu tetap saja terjadi.
jembatan limpapeh |
Kemudian sekarang di Bukittinggi,
begitu menjamur tempat nongkrong sekaligus tempat makan buat anak-anak muda,
kita bisa menemukan tempat-tempat ini, mulai dari area jam gadang,turun ke
kampung cina sampau pasar bawah banyak tempat yang bisa dijadikan tempat nongkrong.
Melebar kea rah Jambu Air dan Lapangan kantin pun tetap juga banyak tempat
nongkrong. Dan bermacam jenisnya, ada yang modern dan ada yang tradisional. Ada
masakan luar negeri dan ada juga dalam negeri.
Pernahkah sanak dengar tentang aia kawa?
Aia kawa, lengkapnya aia kawa
daun adalah salah satu minuman tradisional Sumatera Barat, banyak di jumpai di
daerah Payakumbuh, Bukittinggi dan BatuSangkar. Proses pembuatannya adalah
dengan merebus daun kopi tersebut sampai matang. Ada kisah sedih mengenai latar
belakang terciptanya aia kawa daun ini, dimana dijaman penjajahan dulu, nenek
moyang kita yang sudah susah payah menanam kopi tidak bisa menikmati hasilnya
karena semua biji kopi telah di rampas oleh Belanda. Nah dengan dasar inilah,
orang – orang dulu mencoba merebus daun kopi tersebut untuk dijadikan minuman.
Nah di tempat-tempat nongkrong
tradisional ini, salah satu menu yang dijadikan andalan untuk menarik calon
pembeli adalah aia kawa daun tadi, temannya biasanya adalah gorengan. Saat paling
nikmat menikmati aia kawa daun ini adalah saat hujan, cuaca dingin dan ditemani
dengan orang tersayang.
Di Bukittinggi sekarang juga ada
yang jualan baju dengan kata-kata nyeleneh layaknya Dagadu Jogga ataupun Joger
Bali. Ada dua merek yang kuamati sudah lumayan terkenal yaitu tangkelek dan
satunya lagi kapuyuak. Dua distro ini pas mudik lebaran kemaren begitu ramai
dikunjungi oleh pembeli. Nggak terbayang berapa omset mereka dalam sehari.
Begitulah, kota ini lagi
berbenah. Perubahan pun banyak dimana-mana. Walaupun beberapa waktu yang lalu
kota ini sempat dicoreng dengan isu tak sedap, seperti kasus badut-badut jam
gadang yang suka memaksa foto dengan wisatawan, kemudian memaksa minta uang,
atau pengamen-pengamen jam gadang yang nggak bakal pergi sebelum dikasih uang
dan bahkan bisa lebih buruk mereka akan memaki kita, atau biaya parkir pasar
atas yang mancakiak (mencekik), untuk
ukuran sepeda motor aja bisa mencapai 3000 sekali parkir.
jam gadang dari kejauhan |
Tapi kota ini sedang dalam proses
perubahan dan nggak bakal mungkin bakal oke dalam sekejap, akan ada proses, dan
aku bangga telah ikut menjadi bagian dari proses tersebut.
-begitulah-
Komentar
Posting Komentar