Semakin hari semakin suka saja dengan karya-karyanya sang maestro Chairil Anwar. Lirik-lirik yang menantang dan terkesan memberontak benar-benar telah menarik hati
AKU (Oleh Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
AKU (Oleh Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Anda benar-benar sang maestro bung Chairil. Lahir di Medan, 26 Juli 1922. Chairil telah menelurkan belasan sajak. Selain AKU,beberapa yang lain yang terkenal adalah Diponegoro dan juga Persetujuan dengan Bung Karno. Dialah pencipta tren baru dalam berpuisi yang menggunakan kata-kata yang kesannya sangat luas, tajam dan cadas. Sayangnya sang legenda, akibat penyakit TBC harus berpulang dalam usia muda. Seakan mematuhi sebaris kalimat dalam salah satu puisinya "sekali berarti, sesudah itu mati".
Pagi ini (25-5-2012) aku kembali membaca puisi anda.
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
Kembali aku terkagum-kagum.. "Sedang dengan cermin aku enggan berbagi". Ah dari mana dia dapat kalimat sebagus ini. Terus terang saja. Sekali aku membacanya, aku langsung kehilangan kata-kata.
Membaca puisi-puisi anda benar-benar menciutkan nyali ku bung Chairil. Tapi sekaligus membangkitkan kebanggaanku akan seniman Indonesia. Aku sudah dari SMP mendengar tentang nama besar anda bung Chairil. Tapi baru dewasa ini aku merasakannya langsung. Dan aku benar-benar menyesal. Sekali lagi anda memang benar-benar maestro bung Chairil.
ane juga suka chairil anwar gan
BalasHapusmakasih
Hapus