Sedikit berbagi pengalaman (kalau nggak mau dibilang aib) sewaktu masih SMP.
Hari itu 17 Agustus tahun 2004, yah udah lama kali. Oh ya sebelum anda
semua salah paham dan menyangka saya memiliki daya ingat yang tinggi akan saya
katakan dengan jujur kalau saya ingat ini karena pas kejadiannya orang pawai 17an, kelas 3
SMP dan kenangannya. ya kenangannya
atau lebih tepat dibilang rasa malunya yang memang tidak terlupakan. Bahkan
sampai sekarang. Bahkan sampai detik ini. Menulis ini pun ibarat membuka luka
yang sudah kering. Hahaha sebenarnya nggak sebegitu kali sih.
Jadi kembali ke topik, hari itu pawai 17an dan setelah selesai memuaskan
nafsu menonton pawai kami, aku dan sahabatku, sebut saja namanya Mr.S. Memutuskan
untuk pulang kembali ke rumah masing-masing. Sebenarnya acaranya masih belum selesai,
tapi ada beberapa alasan yang membuat kami memutuskan untuk pulang. Nggak usah aku sebutin
semuanya, cukup satu yang mewakili yaitu uang. ya buat apa berlama-lama disana kalau
uang nggak lagi ada. Hanya merusak rasa hati saja. Jadi kami putuskan untuk pulang.
Sayangnya karena orang pawai angkot ke rumah jadi penuh semua. Hampir setengah jam kami
menunggu dan belum juga ada kesempatan untuk naik angkot pulang. Akhirnya, setelah menunggu
lama nampaknya keberuntungan mulai berpihak kepada kami. Bus jurusan kota Bukittinggi-Payakumbuh
memutuskan untuk berhenti ditempat pawai. Dan yang lebih indahnya lagi KOSONG. Nggak perlu
waktu lama untuk kami memutuskan naik ke bus tersebut. Berebut naik dengan beberapa anak
SD bukanlah suatu masalah besar. Tinggal sekolah senggol dikit, jatuh deh. Haha nggak sekejam
itu kok.
Di dalam bus kami bersabar menunggu bus penuh. Tapi yang anehnya kok yang naik sejak
tadi anak SD aja ya. Ah masa bodoh kata temanku. Yang penting kita akan pulang aye. 10 Menit
berlalu dan akhirnya bus berjalan. Dan tetap isinya hanya anak SD, yang sedikit membuat lega
akhirnya ada dua orang dewasa yang naik selain kami dibus tersebut. Oke berangkat.
Sepanjang perjalanan, ada beberapa anak SD yang berdiri karena nggak dapat bangku alias
udah penuh. Ya kami biarin aja, toh nggak merugikan kami kok. Cuma entah kenapa kok ada
perasaan aneh didiri ini.Rasa-rasanya semua mata tertuju pada kami. Terlebih anak-anak SD yang
berdiri tadi. Tatapan penuh kebencian mungkin. Wah sepertinya ada yang nggak beres nih S kataku
pada si S. Rupanya S pun merasakan hal yang sama, ah biarin aja toh kita sudah setengah perjalanan.
Ya udah masa bodohlah.
Disaat udah 3/4 perjalanan, bukannya terus lurus, eh malah masuk simpang.
Dan jadilah kami semakin gelisah didalam bus tersebut. Setelah sekian lama , akhirnya bus tersebut
berhenti di sebuah SD. Semua penumpang keluar. Dan nggak hanya itu, supirpun ikut-ikut keluar.
Tinggallah kami berdua, termenung dan nampak hina didalam bus. Akhirnya setelah lumayan lama,
aku putuskan untuk menemui supir tersebut dan bertanya. "Eh iko oto sewa ko diak, salah oto adiak mah
(ini mobil sewa nih dek, salah naik mobil adek nih)" jawab si supir. Shit, pantes aja anak-anak SD
tadi memandang penuh kebencian, rupanya mereka marah karena bangku mereka kami duduki. Dan dua orang dewasa
yang ikut tadi rupanya guru dari anak-anak SD tadi. Malunya minta ampun. Apalagi pas dengar suara tawa tertahan
dari para murid SD tadi. Akhirnya kami memutuskan karena memang sudah 3/4 dari perjalanan. Pulang dengan jalan
kaki, dengan kepala tertunduk pastinya.
Akhirnya terbukti pepatah malu bertanya sesat dijalan itu. Coba seandainya sebelum naik tadi kami bertanya
pada supirnya, tentunya kejadian ini nggak akan terjadi. Seandainya
Komentar
Posting Komentar